Dalam Malaysia, terutama dalam kota-kota besar seperti Kuala Lumpur serta Singapura, terjadi perbanyakan yang signifikan pada jumlah perusahaan judi bola belakangan ini. Tidak hanya kota-kota gede yang mengalami peningkatan fasilitas taruhan tersebut, tetapi kota-kota serta desa-desa yang lebih kecil juga. Ada alasan yang luar biasa sederhana untuk itu, Krisis Keuangan Asia tahun 1997. Semua mata uang asing kehilangan nilainya, dan begitu pula emas tempawan uang lokal, membuat lebih sulit untuk menukar rupiah kecil Melayu dengan dolar Amerika atau pound Inggris. Bagi banyak penduduk setempat, terutama mereka yang sudah melarikan diri ke negara terdekat, hilangnya tabungan mereka membuat itu harus mencari tips lain untuk mencari nafkah.
Seiring secara meningkatnya jumlah pengangguran, jumlah usaha kecil juga mengalami perbanyakan yang tajam. Satu diantara bisnis kecil ini adalah pendirian sendi taruhan, yang jadi popularitas di Kuala Lumpur. Dikenal sebagai “pencarian”, bisnis tersebut dijalankan sebagai lokasi di mana orang dapat bertaruh sambil minum kopi pagi mereka. Meskipun mungkin tampak tidak kiranya bagi banyak orang, Pencarian adalah cela satu dari sekutil perusahaan taruhan pada negara yang beroperasi dalam kerangka patokan dan sejauh tersebut menghindari masalah pedoman.
Saat ini, tersedia lebih dari 80 tempat taruhan di Kuala Lumpur aja. Dengan perkembangan yang sangat pesat, sejumlah orang tertarik untuk membonceng ledakan perjudian pada negara tersebut. Masuknya wisatawan ke semesta itu juga duga membantu meningkatkan aksi taruhan. Akibatnya, penegak hukum menjadi lebih waspada ketika mesti menghentikan operasi wisma judi ilegal & tempat serupa lainnya. HK ini mengakibatkan peningkatan tajam di jumlah pencarian untuk pencayan google yang, tahun, dan kata kunci lain yang terkait dengan dengan taruhan di Internet.
Sementara banyak operator telah membelokkan layanan mereka di pencayan google yang, tahun, atau kerangka pembayaran lain berdasar pada uang sungguhan, lainnya masih menawarkan fasilitas fasilitas mereka dengan ringgit tradisional. Di beberapa daerah, seperti Kerangas, nilai tukar tradisional Pudina sering jadi harga referensi untuk pembeli dan penjual. Namun, di area lain, biasanya pengguna membayar dengan tiket kredit atau slip debit. Salah homo area yang tidak memiliki nilai tukar tertentu adalah daerah telahun, sehingga trader dapat mengatur transaksinya baik untuk pembayaran dengan mata duit lokal maupun dengan mata uang virtual sebagaimana kupi.
Karena beberapa besar transaksi pada Kuala Lumpur dikerjakan dengan cara konvensional Bali menggunakan tambayan (juru sita) pada setiap pintu menyerap, permintaan Pudina uniform tinggi. Akibat daripada tren ini merupakan jumlah warung nun terus meningkat dalam kawasan pusat usaha, atau merajalela, di mana sebagian besar layanan publik berpengaruh. Persaingan yang semakin ketat di renggangan vendor yang tidak sama menghasilkan harga dengan lebih rendah buat Pudina, yang dengan tradisional lebih tinggi daripada batu lain di pasar. Mempertimbangkan harga batu dengan relatif rendah, ditambah dengan berbagai macam gaya dan contoh yang tersedia guna cincin, baik pembeli maupun penjual dapat menemukan Pudina serasi selera mereka secara harga yang galib.
Pedagang di kawasan pusat bisnis sangat menyadari keadaan permainan saat ini dalam pasar dan itu membuat mereka amat fleksibel dalam menentukan harga batu. Senyampang, orang dapat beserta mudah menemukan bermacam-macam variasi model cincin dari berbagai produser dengan harga yang sangat kompetitif, terutama harga lebih rendah selama akhir rekan dan hari liburan nasional ketika usul akan Pudina menumpuk karena meningkatnya pelancongan. Oleh karena tersebut, menemukan cincin pudina yang berkualitas cantik dengan harga yang sangat kompetitif luar biasa memungkinkan. Dengan masuknya pengunjung ke daerah tersebut, terutama di akhir pekan, penuh pedagang asongan nun tidak bermoral pula mencoba memanfaatkan masuknya wisatawan ke kawasan tersebut untuk menyusahkan pelanggan. Hal tersebut menyebabkan beberapa pedagang yang tidak bermoral secara salah memberi label pada batu-batu itu sebagai makbul, dan bahkan kurang lebih yang berhasil memperoleh cincin Pudina sah dengan harga rendah mungkin tidak dapat menunjukkannya begitu transaksi dilakukan.